SMK Muhammadiyah 1 Moyudan

Omah Tobong Karangberan

Oleh: Syabina Widya Putri dan Fajar Prabowo, M.Pd.

Hingga saat ini, Prasetyo masih membuat genting tanah di tengah era masyarakat saat ini beralih menggunakan genting metal yang lebih praktis dan juga lebih ringan dalam pemasangan. Namun, semua itu tidak mengubah kegigihan Prasetyo sebagai perajin genting tanah menjadi patah semangat.

Potret Prasetyo, dokumen pribadi, Sabtu (13/05/2023)

Membuat genting dengan berbahan baku utama tanah liat ini sudah digeluti Prasetyo sejak Tahun 1997. Setelah lulus sekolah, Prasetyo melanjutkan usaha pembuatan genting milik kakak yang berada di Padukuhan Karangberan, Margodadi, Seyegan, Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta. Hingga saat ini pun masih dipertahankan.

Dalam pembuatannya, Prasetyo masih menggunakan cara manual dengan cetakan bukan menggunakan mesin pres. Meski begitu, tidak membuatnya merasa tertinggal zaman. Bahkan, Prasetyo percaya dengan pembuatan genting yang masih dengan cara manual ini menjadikan hasil gentengnya menjadi ciri khas tersendiri.

Memiliki kepercayaan pelanggan tersendiri dan juga tidak merasa rezekinya diambil oleh perajin genting yang lain. Bermodalkan kemantapan diri dan juga rasa semangat yang tidak pernah padam selama kurang lebih 25 tahun, bergelut dengan tanah liat setiap hari untuk menciptakan genting tanah yang berkualitas.

Kendala yang dialami perajin genting

 Langkanya bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan genting, dikarenakan ada beberapa daerah yang merupakan penghasil tanah liat sudah berubah menjadi kawasan perumahan membuat para perajin genting kesulitan dalam mendapatkan bahan baku utama. “Kendala dalam membuat genteng yaitu bahan baku yang langka dan juga saat ini banyak yang sudah pakai mesin untuk pembuatan genteng,” kata Prasetyo, Sabtu (13/05/2023).

Daerah Margodadi memang terdapat banyak gunung-gunung kecil atau biasa warga sekitar menyebutnya dengan sebutan bukit. Bukit-bukit tersebut merupakan kawasan penghasil bahan baku utama pembuatan genting tanah. Jika hingga saat ini bukit-bukit tersebut sudah menjadi kawasan perumahan, wajar saja jika para perajin kesulitan dalam mendapatkan tanah liat yang biasa digunakan.

Tidak hanya kesulitan dalam mendapatkan bahan utama pembuatan genteng, cuaca pun dapat memengaruhi keberlangsungan proses pembuatan genting tanah. Apabila cuaca hujan terusmenerus, maka dapat menghambat perajin untuk melakukan pembakaran genting. Prasetyo juga harus bersaing dengan perajin genting yang lain dalam penggarapan usaha genting. Tidak sedikit para perajin genting saat ini sudah memanfaatkan teknologi mesin untuk menghasilkan genting.

Memang dengan menggunakan mesin, perajin genting akan lebih mudah dan dapat menghemat energi manusia, karena sudah terbantu oleh mesin. Namun, membutuhkan modal yang lebih juga untuk para perajin agar dapat memanfaatkan teknologi mesin guna mempersingkat proses pembuatan.

“Kita kalau jual itu per biji, Mbak. Per biji itu Rp1.300,00 dan itu kalau beli ditempat, kalau pelanggan minta untuk diantar ke tempat ya bisa Rp1.700,00 tergantung jarak jauh dekatnya,” Ujar Prasetyo, Sabtu (13/05/2023). Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dirasa belum cukup apabila bergantung hanya dengan hasil membuat genting. Belum lagi si perajin tersebut juga masih memiliki anak yang harus bersekolah, maka akan kesulitan juga untuk mendapatkan mesin pembuat genting.

Maka terdapat berbagai alasan para perajin tidak menggunakan mesin dalam penggarapan genting tanah. Namun, hal tersebut sekali lagi tidak menimbulkan rasa patah semangat bagi para perajin genting, salah satunya adalah Prasetyo.

Pembuatan genting tanah

 Proses pembuatan genting tanah liat berawal dari tanah yang berasal dari bukit- bukit terdekat atau bukit-bukit sekitar yang masih menyediakan tanah atau lempung. Lempung adalah nama yang diberikan masyarakat sekitar untuk menyebut tanah liat. Lempung yang sudah dikumpulkan bersama dengan tanah-tanah sawah, selanjutnya diadon menggunakan cangkul hingga merata.

kemudian tanah yang sudah tercampur, disusun dan dibentuk seperti batu bata yang beratnya hingga satu kilogram per buahnya. sebelum tanah yang berbentuk batu bata dicetak menjadi genting, tanah tersebut dipukul terlebih dahulu dengan alas yang sudah diolesi dengan bensin dan minyak klentik atau biasanya kita sebut dengan minyak goreng sisa untuk menggoreng. Setelah dipukul dengan merata, barulah tanah dicetak menggunakan cetakan manual.

Tanah yang sudah dicetak kemudian dijemur dibawah terik matahari agar tanah tersebut kering. Selanjutnya, tanah yang sudah kering siap untuk dibakar ditempat pembakaran yang biasanya dipanggil dengan sebutan tobong. Genting lalu ditata dengan rapi di dalam tobong. Menata genting pun tidak boleh asal menata saja, namun disertai dengan rasa hati-hati agar genting tidak retak.

Di saat api tobong sudah menyala, pengrajin harus terus menerus memastikan api tobong tetap menyala dengan memberikan kayu-kayu kering terus-menerus ke dalam api. Proses yang memakan waktu cukup lama yaitu pada proses pembakaran genting. Membutuhkan waktu hingga 12 jam lamanya hingga genteng benar-benar matang. “Saya ini sudah nunggu di depan tobong dari jam 4 pagi, nanti jam 4 sore sudah selesai mbak,” kata perajin genting sembari memasukan kayu-kayu kering ke dalam tobong, Selasa (16/05/2023).

pembakaran genteng, sumber pribadi, Selasa (16/05/2023)

 Selama pembakaran berlangsung, tobong tidak boleh ditinggal, karena api tobong harus terus menyala agar pembakaran genting tidak memakan waktu lebih lama lagi. Genting harus melalui tahap pembakaran agar genting tidak mudah pecah atau retak.

Setelah genting sudah melalui proses pembakaran selama 12 jam, tobong dibiarkan selama 2 hari agar dingin dan sudah siap untuk diangkut menuju pelanggan.

Keunggulan genting tanah

 Tentu saja terdapat berbagai alasan mengapa masyarakat sekitar masih mengandalkan genting tanah liat sebagai pelindung rumah. Berikut adalah beberapa keunggulan dari genting tanah:

Harga yang ekononomis. Menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat lebih memilih genting tanah dibandingkan dengan genting yang berbahan baku metal dan lain sebagainya.

Tidak mudah membuat suhu di dalam rumah menjadi panas, karena berbahan dasar tanah liat. Berbeda halnya jika genting yang berbahan dasar seng atau alumunium.

Bahan-bahan seperti seng dapat menghantarkan panas dengan mudah yang pastinya akan membuat suasana atau suhu di dalam rumah menjadi lebih panas.

Tidak menimbulkan suara bising yang berlebihan seperti genteng yang berbahan seng. Genting yang berbahan dasar tanah liat ini juga dapat meredam suara bising yang ditumbulkan air hujan. Menjadi salah satu alasan mengapa genting yang berbahan baku utama tanah liat ini tidak terlalu menimbulkan suara bising yang berlebihan ketika hujan.

Akan mudah untuk didapatkan, karena perajin genting yang terdapat lumayan banyak untuk ditemui. Jika ingin memesan dan mendapatkan genting di pusat atau sentra perajin genting yang berada di Padukuhan Karangberan, Margodadi, Seyegan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Harapan perajin genting

 Tentu saja Prasetyo sangat menginginkan usahanya dalam membuat genting tanah liat tetap lestari hingga esok. Meskipun kemungkinan beberapa tahun kedepan akan ramai masyarakat beralih menggunakan genting metal. Dengan begitu, harapan Prasetyo agar pemerintah setempat melirik Kawasan perajin genting untuk mendukung para perajin genting setempat.

Pesan Prasetyo untuk kedepannya. “Semoga ada departemen yang bisa membantu memberikan fasilitas untuk mempermudah dalam pembuatan genteng,” kata Prasetyo, Sabtu (13/05/2023).

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top